Dalam adat Aceh, Rencong memiliki tingkatan; untuk raja atau sultan biasanya sarungnya terbuat dari gading dan mata pisaunya dari emas dan berukirkan sekutip ayat suci dari Alquran agama Islam. Sedangkan rencong-rencong lainnya biasanya terbuat dari tanduk kerbau ataupun kayu sebagai sarungnya, dan kuningan atau besi putih sebagai belatinya.
Seperti kepercayaan keris dalam masyarakat Jawa, masyarakat tradisional Aceh menghubungkan kekuatan mistik dengan senjata rencong. Rencong masih digunakan dan dipakai sebagai atribut busana dalam upacara tradisional Aceh. Masyarakat Aceh mempercayai bahwa bentuk dari rencong mewakili simbol dari basmalah dari kepercayaan agama Islam. Rencong juga merupakan lambang yang memperlihatkan karakteristik masyarakat Aceh yang sangat berpegang teguh pada kemuliaan ajaran Islam.
Di jaman Kerajaan Aceh Darussalam rencong ini tidak pernah lepas dari hampir setiap pinggang ( selalu diselipkan dipinggang depan ). Rakyat Aceh yang rata-rata punya keberanian luar biasa baik pria maupun wanita karena rencong ini bagi orang Aceh ibarat tentara dengan senapannya, yang merupakan simbol keberanian, kebesaran, ketinggian martabat dan keperkasaan orang Aceh. Keberanian dan keperkasaan bangsa Aceh dengan rencongnya ini telah membuat orang-orang portugis atau portugal harus berpikir panjang untuk mendekati orang Aceh. Aceh sebagai sebuah kekuatan militer penting di dunia Melayu, dengan persenjataan yang sangat penting.
Di masa lalu,simbolisme Islam dari rencong telah dihubungkan dengan Perang Suci atau jihad. Rencong menyimbolkan kekuatan senjata ditangan dan keyakinan pada kuasa Allah. Oleh masyarakat Aceh, Rencong diyakini memiliki kekuatan gaib sehingga si masyarakat Aceh sangat terkenal pepatah “Tatob ngon reuncong jeuet Ion peu-ubat, nyang saket yang tapansie Haba.”
Di masa Aceh mengusir Portugis dari seluruh tanah sumatra dan tanah malaka serta masa penjajahan Belanda, Rencong merupakan senjata yang mematikan disamping pedang dan senapan yang digunakan di medan perang. Rencong tidak hanya dikenakan oleh para Sulthan, Laksamana,Pang, Pang sagoe, Uleebalang,Teuku,Teungku Agam, Sayed, Habib Cut, Ampon ,Cut Abang ( para kaum pria ) namun juga oleh Teungku Inong, Syarifah, Cut Kak, Cut Adoe, Cut Putroe, Cut Nyak ( kaum wanita ). Senjata ini diselipkan di pinggang depan setiap pria dan wanita perkasa Aceh sebagai penanda Keperkasaan dan ketinggian martabat, sekaligus simbol pertahanan diri, keberanian, kebesaran, dan kepahlawanan ketika melawan penjajah Belanda.
Dalam perjuangan dan pertempuran melawan Portugis dan Belanda, sejarah mencatat nama-nama besar pahlawan-pahlawan dan srikandi Aceh, seperti Tgk Umar, Panglima Polem, Teungku Chik Ditiro, Laksamana Malahayati, Pocut Meurah Intan, Pocut Baren, Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, dan Teungku Fakinah yang tidak melepaskan rencong dari pinggangnya.
Di masa kini Rencong mempunyai tingkatan yang menjadi ciri khas strata masyarakat, untuk Para Raja (Sulthan) dan Ratu (Sulthanah) untuk sarungnya terbuat dari gading dan untuk belatinya terbuat dari emas, hingga sampai ke strata masyarakat bawah untuk sarung terbuat dari dari tanduk kerbau ataupun kayu dan untuk belati terbuat dari kuningan atau besi putih, tergantung kemampuan ekonomi masing-masing.
Di kalangan masyarakat Suku Aceh meyakini bahwa Rencong adalah Simbol Keperkasaan dan Keberanian bagi pemiliknya dan juga sebagai pertahanan diri dari musuh dan untuk keselamatan lahir batin.menolak segala macam marabahaya.